Museum Lampung ialah museum terbesar dan tertua yang ada di Lampung, maka tak heran apabila museum ini menjadi ikonik khas dari masyarakat Lampung seperti halnya Siger dan Menara Siger.
Museum ini kental akan sejarah dan budaya hidup orang Lampung yang tentunya akan sangat menarik untuk dipelajari oleh Kamu.
Museum Lampung atau yang dikenal juga dengan nama Museum Negeri Lampung “Ruwa Jurai” ialah perintis berdirinya museum-museum lain di Lampung. Hingga saat ini museum Lampung masih menjadi museum terbesar yang ada di Lampung.
Jangan lewatkan juga: Liburan Seru ke Pantai Pasir Putih Lampung
Alamat Museum Lampung
Berdiri di atas lahan seluas 17010 Museum ini terletak di Jalan H.Zainal Arifin Pagar Alam no.64 Kelurahan Gulung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Menelisik Sejarah Berdirinya Museum Lampung
Sebelum menelusuri sejarah berdirinya Museum Lampung, kita akan menjelaskan siapa itu Masyarakat Lampung. Di Lampung, masyarakatnya terbagi menjadi dua golongan masyarakat. Pertama adalah masyarakat Sebatin atau Sai Bathin.
Sai Bathin atau Sebatin memiliki arti satu batin yang merujuk pada satu raja yang mewariskan secara turun temurun. Masyarakat Adat Sebatin biasanya mendiami daerah-daerah Lampung pesisir.
Sedangkan golongan yang kedua dari masyarakat Lampung adalah, Masyarakat Pepadun. Kata Pepadun berasal dari nama salah satu perangkat adat dalam sebuah proses bernama Cacak Pepadun.
Pepadun sendiri merupakan sebuah bangku atau kursi yang digunakan pada saat prosesi naik takhta dan pemberian gelar adat atau Juluk Adok yang berjalan lebih demokratis dan bukan turun-temurun.
Adat Pepadun lebih berkembang di daerah pendalaman. Itulah mengapa falsafah hidup orang lampung adalah “Sai Bumi Ruwa Jurai”.
Museum ini mulai dirintis pada tahun 1975 oleh Kepala kantor Pembinaan Permuseuman Perwakilan Departemen Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Lampung di Tanjung Karang.
Wujud pembangunan dari fasilitas gedung pameran dan kantor baru mulai dikerjakan pada tahun 1978/1979 yang didasari oleh keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Nomor: 064/1978 pada tanggal 30 Maret 1978 tentang Pengangkatan Pimpinan dan Bendaharawan Proyek Rehabilitasi dan Peluasan Museum Lampung.
Peletakan batu pertama pembangunan Museum Lampung oleh Drs. Supangat selaku Kepala Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung pada tanggal 13 Juni 1978 yang berlokasi di Jalan Teuku Umar no 64 Gendongmeneng.
Sekarang jalan tersebut telah berubah menjadi Jalan Haji Zainal Abidin Pagar Alam no.64 Gendongmeneng, Bandar Lampung.
Di tahun 1984 sehubungan dengan Pelaksanaan Purna Pugar Taman Purbakala Pugungharjo yang di pusatkan di Museum Lampung , masyarakat mulai di ajak untuk mengenal lebih dekat keberadaan museum.
Kemudian Museum Lampung baru selesai dibangun selama kurang lebih 10 tahun dan diresmikan pada tanggal 24 September 1988 oleh Prof. Dr. Fuad Hasan, seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masanya.
Demi memenuhi minat masyarakat yang mulai banyak berkunjung, Depdikbud Provinsi Lampung menerbitkan surat edaran yang berisi tentang dibukanya Museum Lampung pada setiap hari Sabtu.
Peresmian Museum Lampung juga bertepatan dengan Hari Aksara Internasional yang berpusat di PKOR way Halim.
Berdiri di atas tanah seluas 17.010 meter persegi museum ini berada di bawah otonomi pemerintah daerah dengan pelaksana UPTD Dinas Pendidikan.Maka tak heran apabila museum ini menjadi arena belajar bagi siswa-siswi sekolah untuk dijadikan tujuan wisata study tour.
Saat diberlakukannya Otonomi Daerah, berdasarkan Keputusan Gubernur Lampung terhitung sejak 1 januari 2008 kedudukan Museum Lampung sempat menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pariwisata (parekraf) namun pada tahun 2016 museum ini kembali berada di bawah naungan UPTD Dinas Pendidikan. Hal ini mungkin dikarenakan agar pengelolaan dengan pendekatan pendidikan lebih baik.
Sebagai penyandang museum pertama dan terbesar di lampung, Museum Lampung tentunya mempunyai Visi dan Misi yang jelas dan kuat.
Visi dari Museum Lampung ialah “Terwujudnya museum yang berkemampuan prima dalam pelestarian, perlindungan, pemeliharaan, dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya (BCB) untuk memantapkan jati diri masyarakat ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’.
Sai Bumi Ruwa Jurai memiliki arti yang berarti rumah tangga agung bahagia dua golongan (ruwai dan jurai) yang terdapat pada masyarakat asli dan pendatang.
Misi dari Museum Lampung dibagi menjadi tiga, yang pertama ialah peningkatan sistemisasi pelestarian dan perlindungan Benda Cagar Budaya berdasarkan kaidah museologi.
Yang kedua ialah pengembangan fungsionalisasi museum dalam bidang pembinaan, penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya, dan yang terakhir adalah peningkatan apresiasi masyarakat dalam bidang kebudayaan.
Museum Lampung memiliki gaya arsitektur yang modern secara sepintas bila dibandingkan dengan bangunan tradisional Lampung, namun pada prinsipnya Museum Lampung mengambil konsep dasar Balai adat atau disebut juga dengan “Sessat” yang memiliki bentuk empat persegi panjang.
Model bangunan rumah panggung tercermin pada tiang-tiang yang menjulang pada bagian luar maupun bagian dalam gedung.
Terdapat pula tangga di dalam gedung yang digunakan untuk menghubungkan lantai atas dan bawah. Konsep tersebut sangat mirip dengan penggambaran rumah, tangga yang ada pada rumah tradisional Lampung.
Menengok Koleksi dan Daur Hidup di Museum Lampung
Saat Kamu sudah berada di Museum Lampung tentunya ruang yang kita lewati pertama untuk dapat masuk kedalam museum adalah halaman.
Di depan halaman museum ini Kamu akan disuguhi dengan pemandangan beberapa koleksi yang ada di halaman.
Benda pertama yang sangat jelas terlihat adalah sebuah meriam kuno peninggalan pada masa penjajahan. Selain meriam terdapat pula beberapa rumah panggung yang terbuat dari kayu dan sudah berumur ratusan tahun. Rumah ini dulunya ialah rumah yang di bawa dari desa Kenali Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat.
Pada bagian taman sebelah kiri dapat kita lihat perlengkapan kapal. Seperti jangkar besar, pelampung kapal, dan juga bola besi.
Bola besi tersebut biasa digunakan di daerah-daerah tujuan transmigrasi pada tahun 1953 hingga 1956. Bola besi ini biasanya digunakan untuk membuka lahan transmigrasi di wilayah Lampung Timur, Raman Utara, Probolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Seputih Banyak hingga daerah Seputih Raman.
Saat memasuki museum, Kamuakan dihadapkan langsung dengan meja resepsionis untuk membeli tiket masuk museum. Pada bagian dalam museum, bangunan ini terbagi menjadi dua lantai yaitu lantai atas dan lantai bawah.
Koleksi dari museum pada bagian lantai bawah lebih banyak didominasi oleh koleksi-koleksi zaman prasejarah, Hindu, Budha dan juga zaman ketika Islam datang ke Lampung.Kolonial atau masa penjajahan hingga Pasca Kemerdekaan republik Indonesia.
Benda-benda tersebut terdiri dari bebatuan atau prasasti, arca – arca persenjataan, mata uang sampai perabotan rumah tangga.
Untuk benda-benda peninggalan saat islam datang antara lain seperti teko alpaka, talam, Prasasti Bohdalung yang berbahasa Jawa Banten, Al-Qur’an yang ditulis tangan di atas kertas deluang, keramik bertuliskan huruf arab, stempel Marga Sabu hingga 15 halaman naskah di atas kulit kayu yang ditulis menggunakan bahasa Lampung, Banten, dan juga Arab.
Disisi lain terdapat juga benda peninggalan dari Raden Inten II dan juga beberapa Prasasti seperti Tanjung Raya II, Prasasti Dadak, Prasati Bawang, Prasasti Batu Bendil, Prasasti Ulu belu dan Prasasti Bungkuk.
Dari sekian banyak koleksi Prasasti di lantai bawah, Prasasti Dadak memiliki bentuk yang sangat unik dan menarik.Bentuk batunya yang memanjang beserta bentuk ukiran-ukiran yang begitu tajam dan cantik sungguh memikat hati.
Prasasti Dadak ditemukan di Dusun Dadak, Desa Tebing pada tahun 1994. Prasasti ini ditulis dengan huruf Jawa Kuno yang terdiri dari 14 baris, Bahasa Melayu Madya, Rajah Manusia, hingga Ragam Geometris dan hewan yang umurnya sejak abad 14 atau 15 Masehi.
Isi dari prasasti tersebut adalah tentang peminjaman tanah selama kurun waktu 100 tahun untuk keperluan pendirian bangunan suci. Prasasti tersebut juga menyebutkan tokoh Hindu seperti Batara Guru Tuha, Panca Resi serta Penguasa Air, Batu, Kayu dan juga Tanah.
Masyarakat Lampung termasuk kedalam suku yang memiliki banyak senjata, diantaranya senjata seperti Payan Kejang (Tombak panjang), Taming atau Tameng, Pundhuk atau Tekhapang (keris), dan juga Panderang atau pedang.
Di museum ini terdapat Penderang tipe Lampung yang dahulunya digunakan saat melawan Kolonial.Salah satu Pahlawan Nasional yang berperang melawan Kolonial adalah Raden Inten II.
Disamping koleksi prasasti juga terdapat berbagai peralatan seperti tempat air,atau tembikar. Tembikar yang terdapat di museum ini memiliki dua sistem pengeringan saat dalam proses pembuatannya. Yaitu dengan menggunakan tungku ladang dan menggunakan jerami, sedangkan proses lainnya menggunakan tungku oven lalu pembakarannya menggunakan kayu.
Koleksi barang-barang yang berasa di lantai bawah di tutup dengan berbagai macam koleksi perkakas rumah tangga yang terbuat dari bahan keramik. Keramik yang ditemukan di Lampung diantaranya berasal dari Cina, Jepang, Thailand hingga eropa.
Adanya keramik yang berasal dari negara tetangga menjadi bukti bahwa pernah terjadi sebuah perdagangan dengan negara tetangga sejak abad ke sepuluh masehi.
Sebelum menelusuri lantai atas. Ada baiknya Kamu membaca informasi mengenai Aksara dan Bahasa Lampung yang bernama Ka-ga-nga.
Aksara dan Bahasa Lampung tidak memiliki tingkatan bahasa seperti halnya bahasa jawa atau sunda.Bentuk aksara dari Lampung berasal dari daerah India Selatan yang bernama aksara Pallawa.
Aksara Pallawa diperkirakan msauk ke Pulau Sumatra pada masa Kerajaan Sriwijaya.Aksara dan Bahasa Lampung hampir memiliki kemiripan dengan bahasa Arab, Rencong, dan Banten.
Ketika Kamu sudah sampai pada lantai atas Museum, Kamu akan langsung disambut dengan perahu besar bernama perahu lesung yang memiliki panjang hampir 8 meter.
Awalnya Perahu ini di temukan disebuah desa bernama Terbanggi Besar, Lampung tengah. Perahu ini dulunya digunakan sebagai alat transportasi di sungai, rawa dan juga teluk.Umur dari perahu Lesung berkisar sekitar 120 tahun.
Selain Perahu Lesung, di dalam ruangan ini juga terdapat perahu lain yang bernama Perahu Kajang. Ukuran dari Perahu Kajang lebih kurang adalah 4 meter atau separuh badan dari Perahu Lesung.Perahu Kajang terbuat dari Kayu rengas dan beratas menggunakan daun kelapa.
Benda lain yang terdapat di dalam lantai atas adalah koleksi-koleksi perangkat yang digunakan dalam Daur Hidup masyarkat Lampung, misalnya seperti upacara kehamilan, kelahiran, pernikahan dan kematian.
Setiap upacara Daur Hidup yang dilakukan tentunya memiliki falsafah luhur yang tertuang dalam “Kitab Kuntara Raja Niti”. Dalam Kitab Kuntara Raja Niti, disebutkan jika dalam kitab tersebut mengenai aturan hidup atau Titie Gemantie atau Tata Titi.
Pada dasarnya inti dari kitab tersebut adalah mereka sangat menjaga nama baik atau pi’ilpesenggiri, dan gelar adat atau bujuluk buadok, murah hati atau nemuinyimah, terbuka atau nengehnyappur dan juga tolong menolong atau sakaysambayan.
Dari banyaknya upacara adat masyarakat Lampung yang tervisualisasi di dalam Museum, Busepi atau Asah Gigi adalah salah satu upacara adat yang paling menarik perhatian.
Busepi adalah upacara adat yang sudah lama ada sejak masa Hindu – Budha di Lampung.Upacara Busepi memiliki makna yang berarti pengerdilan diri dari enam musuh dalam diri manusia, diantaranya adalah hawa nafsu, amarah, kemabukan, kebingungan dan iri hati.
Busepi juga menjadi penanda bagi kedewasaan seseorang atau akhir baligh. Busepi juga menjadi gerbang utama untuk dapat mengikuti acara pergaulan antara bujang dan gadis. Adapun gigi yang di asah dalam acara tersebut yaitu gigi geligi.
Benda-Benda Bernilai Sejarah di Museum Lampung
Menurut Kepala UPTD Museum, Ibu Zuraida. Beliau mengatakan bahwasanya koleksi di Museum itu harus kaya akan nilai-nilai sejarah sehingga bukan hanya soal usia saja.Banyak kriteria yang harus dimiliki agar sebuah barang atau benda dapat menjadi koleksi di Museum.
Hingga saat ini Museum Lampung memiliki koleksi kurang lebih 4735 pada tahun 2011 yang lalu. koleksi yang terbagi menjadi beberapa jenis seperti peninggalan biologi, geologi, nuris matik atau studi untuk mengumpulkan mata uang atau koin, etnografis atau studi untuk mempelajari etnis, seni rupa dan masih banyak koleksi yang lain.
Tiap koleksi yang ada di dalam museum ini dideskripsikan pada papan informasi dengan menggunakan dwi bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Tak jarang di Museum Lampung juga terdapat benda-benda yang di dapatkan dari hibah dari perorangan. Pihak museum akan sangat menghargai barang yang Kamuhibahkan.
Bukan dari nilai rupiahnya, melainkan dari segi keunikan dan nilai-nilai yang terkandung dari barang hibah tersebut.
Yuk, Berwisata ke Museum Lampung
Jika Kamu sudah merencanakan untuk berwisata di Museum Lampung, ada baiknya informasi tambahan ini Kamu simak ya.
Sebelum Kamu datang ke Museum ini, ada baiknya Kamu memperhatikan hari libur yang terdapat di Museum ya.
Jam operasional museum ini yaitu Senin sampai dengan Kamis buka pada pukul 08.00 hingga pukul 14.00, untuk hari jumat buka pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00, lalu untuk hari sabtu dan minggu buka pada jam 08.00 sampai 14.00.
Untuk hari libur di Museum hanya ada di Libur Nasional. Tentunya waktu disini menyesuaikan dengan waktu setempat ya.
Harga Tiket Masuk Museum Lampung
Harga Tiket Masuk Museum Lampung memiliki sedikit perbedaan bagi orang dewasa, anak-anak dan juga harga rombongan. Untuk harga tiket dewasa perorangan dibandrol dengan harga Rp4.000,- dan anak-anak perorangan Rp500,-.
Untuk harga tiket rombongan dibandrol dengan yang lebih murah, yaitu Rp500,-untuk dewasa dan Rp500,- untuk anak-anak perorang. Untuk harga tiket dan jadwal buka dari Museum tentunya sewaktu-waktu dapat berubah.
Setelah menyimak semua informasi di atas, tentunya Kamu sudah semakin tertarik untuk mengunjungi Museum Lampung bukan?
Yuk, segera realisasikan bersama orang terdekat, keluarga, dan juga kawan-kawan semua. Datang ramai-ramai tentu akan lebih seru dan pastinya harga tiket masuk pun akan jauh lebih terjangkau.
Kunjungi juga: