Sebagai orang Indonesia, kita semua tahu kalau Indonesia punya sumber daya alam yang melimpah ruah. Kecantikan dan kemolekan alam Indonesia pun nggak kalah dari negara lainnya di dunia ini.
Apalagi kalau menyebut tentang keragaman budaya. Indonesia punya budaya tradisional yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Jumlahnya? Banyak banget, cyin…
Dengan segala aset alami yang telah kita miliki, harusnya sih Indonesia bisa jadi primadona wisata dunia. Minimal, kita bisa jadi bintang utama pariwisata untuk level Asia deh. Sayangnya, harapan kadang nggak sesuai dengan kenyataan.
Fakta Tentang Indonesia
Jika menyebut nama “Asia”, nama “Indonesia” masih kalah pamor kalau dibandingkan dengan nama lain dalam genk Asia, seperti Cina, Malaysia, Singapura, Jepang, Thailand, maupun India. Fakta mirisnya kira-kira seperti ini:
Fakta 1: Katanya, Indonesia punya segalanya. Pada kenyataannya, di level Asia pun posisi pariwisata Indonesia baru sebatas level menengah
Jangan terpukau dengan melimpahnya aset alami yang kita miliki. Dan jangan berpuas diri dengan propaganda seputar menawannya alam Indonesia. Pada kenyataannya, pariwisata Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lainnya di Asia lho. Secara global, posisi Indonesia memang nggak mengecewakan.
Di tahun 2013, posisi pariwisata kita ada di urutan ke-70 menurut World Economic Forum (WEF). Tapi Indonesia masih kalah dari Singapura yang ada di posisi ke-10, Malaysia (urutan ke-34), dan Thailand (urutan ke-43) lho.
Untuk level Asia pun kita harus puas ada di urutan ke-8, masih kalah dari Cina dan Hongkong, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Taiwan. Daripada berpuas diri karena masuk 10 besar pariwisata Asia, saatnya kita bertanya: kenapa bisa begitu?
Fakta 2: Indonesia punya kekayaan alam dan budaya yang melimpah ruah. Tapi mengapa wisatawan asing lebih mengingat Thailand untuk wisata alam, dan Malaysia untuk wisata budaya?
Akui saja, kita punya alam yang cantik molek. Mulai dari pantai hingga pegunungan, semua ada di Indonesia. Soal wisata budaya pun, Indonesia punya koleksi budaya tradisional yang sangat bervariasi, mulai dari tarian hingga nyanyian, dari kain tradisional hingga rumah adat.
Tapi akui juga jika wisatawan dunia lebih mengenal pantai-pantai di Thailand dibanding pantai-pantai Indonesia non-Bali. Soal wisata budaya pun kita masih kalah dengan Malaysia yang dengan bangga menjual fakta sebagai “negara multi etnis”. Lagi-lagi pertanyaannya adalah, “kenapa bisa begitu?”.
Fakta 3: Garis pantai Indonesia terpanjang ketiga di dunia. Tapi kenapa hanya Bali yang eksis tampil di pentas dunia?
Indonesia nggak hanya Bali. Pantai cantik pun berserakan di pulau lainnya selain Bali. Tapi kenapa hanya Bali yang paling dikenal oleh wisatawan dunia pada umumnya?
Masih banyak fakta miris lainnya seputar pariwisata Indonesia yang bakalan bikin kalian terhenyak, sedih, walau mungkin ada juga yang menyangkal dan masih bersikukuh kalau pariwisata kita yang terbaik. Tapi mari tunda dulu rasa prihatin maupun penyangkalan itu.
Cara Indonesia Jadi Primadona Wisata Dunia
Sekarang saatnya untuk memikirkan apa yang harus dilakukan untuk bisa memajukan pariwisata Indonesia. Walau bukan ahli dalam bidang industri pariwisata, nggak salah kok jika kita sedikit berkhayal bisa membenahi beberapa hal berikut ini, supaya Indonesia bisa selangkah lebih maju dalam menggapai julukan primadona wisata dunia.
1. Reformasi sektor wisata bisa dimulai dari internet. Saatnya mengembangkan website pariwisata Indonesia secara serius
Sudah jadi rahasia umum kalau salah satu alasan yang bikin wisatawan asing masih malu-malu untuk melirik Indonesia adalah karena minimnya akses terhadap informasi wisata di Indonesia. Memang sih saat ini sudah banyak berbagai tempat wisata yang telah memiliki situs web.
Tapi akui saja, untuk obyek-obyek yang dikelola oleh non-swasta, rata-rata informasi di website-nya nggak update. Malahan banyak juga lho yang terkesan sekedarnya. Apalagi jika website tersebut nggak dilengkapi dengan informasi dalam bahasa Inggris, yang bikin wisatawan asing harus sedikit tebak-tebak buah manggis untuk mencerna sebuah informasi.
Bagaimana bisa sebuah obyek wisata maupun agenda wisata diketahui khalayak kalau informasinya pun minim?
2. Jika sebuah bandara ibarat wajah sebuah negara, maka mempercantik bandara menjadi salah satu langkah yang penting untuk dilakukan
Sebuah bandara, apalagi bandara internasional, ibarat wajah sebuah negara. Semakin cantik sebuah bandara dan semakin lengkapnya fasilitas untuk wisatawan, jelas bakalan bikin wisatawan merasa betah dan nggak kapok untuk mengunjunginya berkali-kali.
Lihat saja beberapa bandara yang selalu konsisten masuk dalam jajaran bandara terbaik di dunia, seperti Changi International Airport di Singapura, Haneda Airport di Jepang, dan Incheon International Airport di Korea Selatan. Bandara-bandara tersebut punya suasana dan fasilitas yang sukses membuat wisatawan betah berlama-lama disana.
Membenahi bandara nggak harus selalu dimulai dengan perombakan besar-besaran agar bangunan tampak kekinian kok.
Adanya ruang tunggu yang nyaman dan layak, tersedianya fasilitas internet gratis, toilet umum yang bersih dan wangi, kebersihan yang selalu dijaga, serta pelayanan yang nggak ribet dan bertele-tele; hanya sebagian kecil contoh hal-hal sederhana yang bisa bikin wisatawan betah.
Dan, nggak hanya bandara yang perlu dibenahi lho. Aneka fasilitas yang berkaitan dengan transportasi publik lainnya, seperti stasiun, terminal bus, maupun pelabuhan pun layak dikelola secara profesional. Makin mantap lagi kalau bisa di upgrade agar berkelas internasional.
3. Status sebagai negara kepulauan nggak seharusnya jadi penghalang. Asalkan infrastrukturnya oke, semua akan baik-baik saja
Banyak yang berpendapat kalau beberapa daerah di Indonesia sulit untuk dikembangkan karena posisi geografis kita yang berbentuk kepulauan. Habisnya, susah sih untuk menjangkau daerah-daerah terpencil itu!
Nggak sedikit juga yang beralasan kalau negara tetangga bisa lebih sukses mengembangkan potensi wisatanya karena bentuk geografisnya yang mayoritas adalah daratan.
Pendapat tersebut nggak salah, tapi nggak sepenuhnya benar. Banyak kok negara kepulauan yang juga sukses bertahta jadi primadona wisata dunia. Maladewa dan Jepang hanya sebagian kecil diantaranya.
Kuncinya tentu terletak pada pengembangan infrastruktur. Selama tempat-tempat yang punya potensi wisata cantik terhubung dengan infrastruktur yang baik namun tetap ramah kantong, maka tempat-tempat tersebut akan tetap jadi magnet bagi wisatawan. Contohnya kira-kira seperti ini:
- Jalanan yang mulus hingga ke pelosok daerah
Jaringan jalan yang baik dengan permukaan yang mulus jelas akan memudahkan wisatawan untuk menjangkau berbagai tempat di Indonesia.
- Adanya jaringan transportasi publik yang murah meriah
Jaringan transportasi publik yang baik dan murah jelas menjadi sebuah nilai plus, khususnya bagi wisatawan yang hobi melakukan budget traveling.
- Transportasi antar pulau yang murah, tapi aman dan nyaman
Semoga di masa depan ongkos ke Raja Ampat bisa lebih murah dari ongkos ke negara tetangga, sehingga lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung kesana.
4. Bagaimanapun, bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Melengkapi berbagai informasi wisata dengan bahasa Inggris jelas jadi nilai plus bagi wisatawan asing
Bahasa Inggris mungkin masih terasa asing bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang ada di pelosok daerah. Namun tentunya akan lebih mantap jika bahasa Inggris setidaknya dihadirkan untuk menjelaskan tentang petunjuk arah, informasi seputar sejarah dan harga tiket, informasi menu makanan, dan hal-hal sepele-tapi-penting-bagi-wisatawan lainnya.
Sebagai contoh, kota-kota besar di Jepang telah menerapkan sistem bilingual untuk berbagai fasilitas publik dan wisata (bahasa Jepang dan bahasa Inggris), dan faktanya, kini banyak wisatawan yang nggak sungkan pergi ke Jepang sekalipun nggak bisa ber-cas cis cus dalam bahasa Jepang.
5. Percaya atau tidak, sumber daya manusia pun punya peranan penting untuk memajukan pariwisata Indonesia lho
Kadang, jika bicara tentang pariwisata, maka yang disebut rata-rata hanyalah seputar obyek wisatanya saja. Padahal, secantik apapun sebuah destinasi wisata dan sekeren apapun iklan yang telah dibuat, nggak bakalan bikin wisatawan kangen untuk kembali lagi jika nggak didukung dengan sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas.
Sumber daya manusia ini bukan cuma tentang petugas di bagian loket penjualan tiket saja lho. Pasti kalian senang jika bertemu dengan petugas imigrasi yang ramah dan bersahabat, petugas di bagian informasi yang dapat memberikan penjelasan dengan baik, hingga petugas parkir yang nggak semena-mena memungut uang parkir.
Siapa juga yang nggak bakalan betah dan selalu ingin balik lagi ke sebuah tempat wisata yang memiliki staff yang handal, ramah, dan pastinya selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Setuju?
6. Teknologi jangan dijadikan pajangan saja, tapi bisa juga dijadikan sahabat yang dapat memudahkan wisatawan domestik maupun asing
Banyak negara maju yang telah menjadikan teknologi sebagai sahabat yang memudahkan wisatawan saat berwisata. Misalnya saja, negara Jepang telah melengkapi berbagai stasiunnya dengan mesin penjual tiket otomatis dengan dua pilihan bahasa: Jepang dan Inggris.
Jadi wisatawan asing nggak perlu repot-repot bawa kamus untuk ngobrol dengan petugas setempat. Begitu juga dengan aneka tempat wisatanya yang telah dilengkapi dengan mesin tiket otomatis. Selain praktis, wisatawan juga nggak perlu takut akan terjadi mark up harga diluar harga resmi.
Kira-kira kapan ya kita bisa seperti itu?
7. Indonesia kaya akan budaya lokalnya yang unik. Jika dikelola dengan profesional, pasti akan semakin memikat wisatawan dari berbagai negara lainnya
Mungkin kalian sudah bosan mendengar kalimat “Indonesia negeri yang kaya akan budaya lokal”. Tapi tunggu dulu. Budaya lokal yang dimaksud disini nggak hanya sebatas tarian daerah, kain-kain tradisional, maupun aneka lagu daerahnya; melainkan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari yang kelihatannya sepele, tapi bisa jadi daya tarik wisata tersendiri.
Misalnya saja, becak, delman, dan bahkan ojek. Jika dikelola dengan profesional, moda transportasi yang semakin tersisihkan oleh perkembangan jaman ini bisa dimanfaatkan sebagai kendaraan wisata untuk menarik minat wisatawan asing. Contohnya seperti yang dilakukan oleh negara Jepang.
Hingga saat ini wisatawan masih dapat naik kendaraan tradisional seperti jinrikisha (becak Jepang) di beberapa obyek wisata. Kerennya, para pengemudi jinrikisha tersebut dilengkapi dengan seragam. Sebagian diantaranya bahkan dapat berbincang dalam bahasa Inggris, sehingga dapat juga sekaligus bertindak sebagai pemandu wisata dadakan.
8. Aturan yang jelas, tegas, anti-diskriminasi, dan melindungi wisatawan jelas akan membuat siapapun merasa nyaman
Pernah nggak kalian mengalami serentetan shock saat mengunjungi aneka obyek wisata di Indonesia. Mulai dari harga tiket masuk yang selalu berubah setiap kali musim berganti, tarif parkir yang kadang naik berkali lipat saat musim liburan tiba, hingga terpesona saat melihat perbedaan yang bagaikan bumi dan langit antara harga tiket untuk wisatawan domestik dengan wisatawan asing.
Jika wisatawan domestik saja kerap terharu-biru saat melihat kesimpangsiuran di sebuah obyek wisata, apalagi wisatawan asing yang berkunjung kemari ya?
Andai ada aturan yang tegas mengenai penetapan harga tiket maupun tiket parkir yang selalu stabil (supaya nggak ada lagi pihak-pihak yang memberikan harga suka-suka), serta menerapkan harga yang wajar untuk wisatawan asing, mudah-mudahan dapat meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan dari berbagai kalangan.
9. Perubahan pun bisa dimulai dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsep pariwisata yang berkelanjutan bagi negara kita tercinta
Ini salah satu realita yang wajib kita hadapi dengan berbesar hati. Akui saja, hingga saat ini kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya konsep pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) masih sangat kurang. Jadi jangan heran jika kalian kerap menemukan pengunjung yang dengan santai buang sampah sembarangan di lokasi obyek wisata dengan alasan sudah bayar tiket masuk.
Dan jangan heran juga saat melihat seorang pedagang sengaja menaikkan harga aneka souvenir saat tengah dilihat-lihat oleh orang asing, maupun supir taksi yang sengaja memutar-mutar arah demi mendapat ekstra beberapa lembar ribuan dari wisatawan asing.
Hal-hal tersebut bisa terjadi karena adanya pola pikir jika wisatawan (khususnya wisatawan asing) = sumber uang yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan bukannya menganggap wisatawan sebagai tamu yang dapat mendatangkan keuntungan jangka panjang.
Padahal kan nggak semua wisatawan asing itu raja minyak nan kaya raya, yang nggak keberatan dengan berbagai sikap diskriminatif karena sumber uangnya yang tak terbatas. Yah, semoga saja kedepannya pola pikir tersebut dapat diubah, sehingga membuat wisatawan merasa nyaman bepergian ke berbagai pelosok negeri kita yang molek ini.
10. Setelah melakukan semua usaha, akhiri dengan promosi maksimal sambil berdoa pada Yang Maha Kuasa
Apalah arti proses pembenahan kalau nggak dilanjutkan dengan promosi maksimal. Temukan slogan pariwisata yang paling cocok untuk menggambarkan Indonesia, seperti Malaysia dengan jargon “Malaysia Truly Asia”-nya, Singapura dengan “Your Singapore”, dan Thailand dengan jargon “Amazing Thailand, Always Amazes You”.
Memang sih Indonesia sudah punya jargon “Wonderful Indonesia”, tapi nggak dosa kok jika kalian berkhayal bisa menemukan slogan lain versi kalian sendiri.
Dan, promosi maksimal itu nggak hanya sebatas jargon saja lho. Sah-sah saja kok jika kalian berkhayal jargon pariwisata Indonesia dikenal hingga ke Kutub Utara sekalipun, yang dibarengi dengan promo-promo keren untuk mendatangkan wisatawan ke tanah Indonesia.
* * * * *
Mungkin masih banyak hal lain yang bisa kalian harapkan dapat dibenahi untuk memajukan pariwisata Indonesia. Jika kalian punya ide maupun harapan lainnya, yuk mari saling berbagi ide!
Baca juga: 38 Tempat Wisata di Papua